Sejak berdirinya republik ini, masalah pangan mendapatkan perhatian khusus. Presiden RI pertama lr. Soekarno dalam pidatonya saat peletakan batu pertama pembangunan Fakultas Pertanian Universitas Indonesia di Bogor (baca: IPB) pada tahun 1952 menyatakan bahwa Soal Pangan adalah Soal Hidup Matinya Bangsa. Sektor pertanian telah terbukti sebagai penyelamat pada saat terjadinya krisis ekonomi. Selain sebagai fundamen dalam perekonomian, sektor pertanian adalah mata pencaharian atau lapangan kerja terbesar bagi masyarakat Indonesia. Hanya saja sektor ini masih jauh dari harapan, belum mampu menyejahterakan. Semakin pesatnya penyusutan sawah yang diperkirakan mencapai 110.000 ha/tahun bahkan lebih, maka perluasan areal tanaman sangat strategis bagi masa depan. Upaya ini sudah sejak Pelita I (1967) yang dikenal dengan program transmigrasi sampai pada food estate, namun belum menunjukkan keberhasilan. Pemanfaatan lahan rawa untuk pertanian dihadapkan banyak masalah, baik biofisik lahan maupun sosial ekonomi sehingga sebagian menjadi lahan bongkor setelah beberapa tahun dibuka. Salah satu masalah klasik adalah jumlah tenaga kerja yang terbatas dan upah buruh tani yang mahal, sehingga biaya produksi tinggi, terutama dalam penyiapan lahan dan pengolahan tanah. Buku Lahan Rawa Bongkor: Problem Penyiapan Lahan dan Pengolahan Tanah mengemukakan tentang serangkaian lika-liku dalam menjadikan lahan rawa agar produktif dan disusun dalam tujuh bab utama. Bab 1 Pendahuluan, mengemukakan tentang perspektif pertanian di lahan rawa. Bab 2 mengenalkan gulma lahan rawa meliputi jenis dan dominasi gulma di lahan rawa bongkor; Bab 3 mengemukakan kondisi dan sifat lahan rawa bongkor meliputi jenis dan kendala dalam penyiapan lahan. Bab 4 membahas tentang penyiapan lahan rawa bongkor, meliputi pembukaan, rekla masi, dan teknik-teknik penyiapan lahan dan problem yang dihadapi. Bab 5 membahas tentang pengolahan tanah, meliputi teknik-teknik pengolahan tanah dan problem yang dihadapi; Bab 6 mengemukakan tentang mekanisasi dalam pengolahan tanah, termasuk di lahan rawa bongkor; dan Bab 7 Penutup, mengemukakan tentang perspektif masa depan penyiapan lahan dan pengolahan tanah. Bagi para civitas akademika dan ilmuwan seperti mahasiswa, dosen, periset, penyuluh, pengusaha, pengembang, dan pemegang kebijakan seperti para pejabat pemerintah daerah dan pusat, termasuk di kementerian dan dinas-dinas pertanian, buku ini patut dan layak dibaca dan disimak sebagai pengetahuan dasar dan referensi dalam memahami kondisi dan sifat serta dinamika penggunaan dan pengembangan lahan rawa bongkor yang tersebar di daerah rawa.