Konsumerisme merupakan isu yang lekat pada kehidupan manusia modern dewasa ini. Ketika kita merunut awal mula kemunculannya, konsumerisme sangat dekat dengan hasrat-hasrat terkait pencarian manusia terhadap kekuasaan dan kesenangan yang dianggap sebagai suatu nilai mendasar yang perlu untuk dikejar atau dipenuhi dalam hidup. Konsumerisme juga berkaitan erat dengan variabel ekonomi yang dipandang secara deterministik. Nilai-nilai ekonomi dari sisi materialistiknya dilihat secara dominan dan bercorak kuantitatif belaka. Tidak heran jika kemudian konsumerisme mengarah pada berbagai dampak yang kembali menyerang manusia. Adapun dampak konsumerisme yang terasa saat ini dapat diamati dari berbagai masalah sosial masyarakat seperti kemiskinan, konflik kepentingan antar elite golongan, bahkan sampai isu lingkungan seperti pencemaran alam dan ruang hidup.

Ketika konsumerisme disandingkan dengan konsep human ecology atau kajian mengenai hubungan timbal balik antara manusia dengan komunitas biologis (alam), akan dapat ditemukan keterkaitannya dalam hal pertanggungjawaban atas modal yang berputar dalam pembangunan yang dilakukan manusia serta bagaimana terjadi konflik kepentingan di sana. Seorang filsuf bernama Epikuros sejatinya telah memberikan sumbangsih dalam konsep etika hedonisme. Adapun relevansinya pada kondisi masyarakat saat ini, yakni perlu adanya pemaknaan ulang atas gaya hidup hedonis itu sendiri. Dalam kajian filsafat juga dikenal pemikiran etika lingkungan yang dalam buku ini mengambil contoh pengembangan Desa Wisata Tanjung yang berusaha menghadirkan harmoni antara manusia dan lingkungan.