Dari Krisis ke Krisis: Masyarakat Indonesia Menghadapi Resesi Ekonomi Selama Abad 20

Ekonomi & Bisnis

Share this :

Penulis: Ben White , Peter Boomgaard

ISBN: 978-602-386-144-6

Dilihat: 10004 kali

Stock: 15

Ditambahkan: 14 December 2017

Tulisan-tulisan di dalam buku ini mampu membangun kesadaran baru dan dapat mengurangi skeptisisme dan krisis kepercayaan terhadap sejarah sebagai ilmu, selama kesadaran dekonstruktif tetap hidup dalam proses kerja para sejarawan untuk mampu keluar dari kungkungan di sekitar epistimologi dan metodologi konvensional yang sempit sebagai bagian dari krisis modernitas. Bersama-sama dengan sejarah kebudayaan baru, sejarah sosial komparatif menjadi alternatif untuk menghadirkan perspektif baru dalam pengembangan lebih lanjut historiografi Indonesiasentris yang mencerdaskan dan relevan bagi kekinian dan masa depan Indonesia

Rp63.750,00

Rp85.000,00

Selama abad ke-20 Indonesia mengalami empat masa krisis ekonomi nasional: resesi dunia pada 1930-an, masa penjajahan Jepang dan perjuangan kemerdekaan pada 1940-an, tahun-tahun terakhir “Demokrasi Terpimpin” Sukarno pada 1960-an, serta krisis moneter Asia “krismon” pada akhir 1990-an.

Bagaimana dampak krisis terhadap kelompok sosial yang berbeda dan terhadap distribusi kesejahteraan serta kekuasaan? Bagaimana pengalaman krisis Indonesia pada akhir 1990-an dibandingkan krisis-krisis lain yang dialami oleh generasi terdahulu? Buku ini membahas pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan menyajikan delapan studi kasus lokal melingkupi wilayah Bangka, Riau, Sumatra Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Yogyakarta  serta Jawa Timur.

Kumpulan tulisan dari para penulis bereputasi dengan berbagai latar belakang keilmuan memahami krisis ekonomi tidak hanya sebagai peristiwa ekonomi semata, melainkan sebagai sejarah sosial yang terjadi pada berbagai ruang geografis dan politis Indonesia.

Tulisan-tulisan di dalam buku ini mampu membangun kesadaran baru dan dapat mengurangi skeptisisme dan krisis kepercayaan terhadap sejarah sebagai ilmu, selama kesadaran dekonstruktif tetap hidup dalam proses kerja para sejarawan untuk mampu keluar dari kungkungan di sekitar epistimologi dan metodologi konvensional yang sempit sebagai bagian dari krisis modernitas. Bersama-sama dengan sejarah kebudayaan baru, sejarah sosial komparatif menjadi alternatif untuk menghadirkan perspektif baru dalam pengembangan lebih lanjut historiografi Indonesiasentris yang mencerdaskan dan relevan bagi kekinian dan masa depan Indonesia”

Profesor Bambang Purwanto, Jurusan Sejarah Universitas Gadjah Mada