Bakdi Soemanto
Bakdi Soemanto dilahirkan di Sala, pada 29 Oktober 1941. Sebelum wafat pada 11 Oktober 2014 (73 tahun), ia adalah dosen tetap (Profesor ret.) di Jurusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya UGM dan di KBI Universitas Sanata Dharma. Di samping itu, ia juga seorang pengajar pada Pengkajian Amerika dan Pengkajian Seni Pertunjukan UGM; juga pada Pengkajian dan Penciptaan Seni, Program Pascasarjana di ISI Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Tarumanegara Jakarta, serta STSI di Surakarta. Selama beberapa tahun ia memberi kuliah di Jurusan Teater Institut Kesenian Jakarta. Di jagat akademik, ia mempunyai nama lebih resmi Prof. Dr. C. Soebakdi Soemanto, S.U.
Pendidikannya menunjukkan bahwa ia adalah produk tulen Universitas Gadjah Mada. Setelah menamatkan SMA bagian A di Surakarta (1961), ia menimba ilmu di Jurusan Sastra Inggris (S-l ) Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM dan menyelesaikan jenjang Sarjana Muda pada 1965. Bakdi bercita-cita menjadi seorang penulis. Ia berhenti kuliah dan selama sepuluh tahun berikutnya hanya membaca buku, menulis puisi dan cerita pendek, serta aktif dalam kegiatan teater. Pada 1980 ada orang belum dikenal, yang kelak menjadi sahabat dan kakaknya, memintanya mengajar Apresiasi Sastra di IKIP Sanata Dharma. Menikmati tanggapan para calon guru itu Bakdi lalu melanjutkan studi S-1 di fakultas yang sudah berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Budaya UGM dan diwisuda pada 1978, setelah 17 tahun mendaftar sebagai mahasiswa UGM dan dua hari setelah putri bungsunya lahir. Sejak itu ia menjadi pengajar di Jurusan Sastra Inggris, dan melanjutkan studinya ke jenjang S-2. Sesuai anjuran Prof. Dr. Sulastin Sutrisno (Alm.) yang waktu itu menjabat sebagai Dekan, ia masuk ke Pengkajian Sastra Indonesia dan Jawa (1985), dengan skripsi berjudul “Pengakuan Pariyem: Suatu Analisis Semiotik”. Skripsi ini diterbitkan oleh Gadjah Mada University Press dengan judul Angan-Angan Budaya Jawa: Analisis Semiotik Pengakuan Pariyem (2007).
Gelar Doktor ia raih dengan melakukan penelitian teks lakon Prancis, di Amerika dan Indonesia, yang ditulis dalam disertasi berjudul “Makna Kehadiran Lakon Waiting for Godot Karya Samuel Beckett: Suatu Studi Banding” (2001). Disertasi ini kemudian diterbitkan oleh Grasindo pada 2002 dengan judul Godot di Amerika dan Indonesia, Suatu Studi Banding. Sekarang disertasi ini diterbitkan dengan judul yang sama oleh Gadjah Mada University Press (2019). Gelar Guru Besar pun telah diraihnya pada 2004.
Sebagai sastrawan dan budayawan, Bakdi menghasilkan kumpulan cerita pendek, yaitu Dari Kartu Natal sampai Doktor Plimin, Bibir, The Magician, Mincuk, Doktor Plimin, Tart di Bulan Hujan, dan Brojowilakpo, juga beberapa cerita rakyat dari Yogyakarta dan Surakarta. Puisinya dikumpulkan dalam Kata, sedangkan lakon dramanya dalam Kumpulan Lakon untuk Siswa SLTA dan Majalah Dinding. Bakdi menghasilkan beberapa buku ilmiah, yaitu Jagat Teater, Rendra: Karya dan Dunianya, Angan-Angan Budaya Jawa, Sapardi Djoko Damono: Karya dan Dunianya, dan Sri Sumarah, Pariyem, dan Bu Bei. Di waktu senggang ia menerjemahkan Rubaiyat Rumi “Insane with Love”, George Orwell “Animal Farm”, drama oleh Thornton Wilder “Desa Kita”, dan karya Dr. Pamela Allen “Membaca dan Membaca Lagi”.
Di samping itu ia menulis kritik teater dan masalah kebudayaan pada umumnya. Tulisannya tersebar di Kompas, Tempo, Republika, Jawa Pos, Jurnal Seni, Gatra, Kedaulatan Rakyat, dan lain-lain. Perhatiannya kepada negara, lingkungan, teman dan sahabat, serta para seniman Indonesia dituangkannya ke dalam kolom Mimbar di Harian Yogyakarta Post; Besutan serta Budaya di Harian Bernas, Yogyakarta. Sejak 2005, hampir setiap bulan Bakdi menulis Analisis dan mulai 2007–12 Oktober 2014 menulis di kolom Glenak-Glenik di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, yang sebagian diterbitkan sebagai Belarasa.
Di luar jagat pendidikan, Bakdi pernah menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Kesenian Provinsi DIY (1979–1989). Ia menjadi dosen tamu di Oberlin College dan Northern Illinois University, keduanya di Amerika (1986–1987); menjadi pembicara dalam pertemuan teater Spafa di Singapura dan Bangkok (1992, 1993, 1994); serta mengunjungi Osmania University di Hyderabad, India (1996), untuk melakukan penelitian.
Bakdi Soemanto menikah dengan seorang istri dan dikaruniai dua putra serta seorang putri.