Modal Sosial dalam Masyarakat Kampung Perkotaan dalam Tinjauan Budaya Jawa

Ekonomi & Bisnis

Share this :

Penulis: T. Yoyok Wahyu Subroto

ISBN: 978-623-359-529-2

Dilihat: 1153 kali

Stock: 29

Ditambahkan: 03 October 2024

Ujung dari eksplorasi penelitian ini adalah kehidupan kampung pada hakikatnya dikendalikan oleh fenomena manifes dan laten yang menghasilkan kehidupan sosial dan budaya masyarakat kampung menjadi unik. Sejumlah fenomena yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa fakta dan realitas kampung mengarah pada entitas kehidupan bersama yang guyub. Keguyuban ini mendasari kehidupan masyarakat kampung yang berorientasi pada kerukunan sebagai modal dasar yang sangat kuat dalam membangun kehidupan bersama dalam satu lingkungan bermukim di perkotaan. Sebagai modal dasar kehidupan sosial dan kehidupan bersama masyarakat kampung ini telah mengukuhkan model kebersamaan dalam menghuni dan hal ini menjadikannya sebagai modal sosial (social capital) masyarakat kampung yang memiliki karakter (sifat) dan karakteristik (kekhasan) kampung.

Rp73.600,00

Rp92.000,00

Fenomena kehidupan kampung selalu menarik untuk didiskusikan dan dibahas bukan saja karena ada banyak keunikan dan keberagaman yang mewarnai kehidupan kampung, melainkan juga karena ada fenomena umum dan keseragaman dalam kehidupan bersama komunitas di kampung. Fakta kehidupan bersama secara manifes dapat dikenali secara kasatmata menggunakan indra manusia (empiri sensual) dalam kehidupan sosial melalui relasi sosial yang diungkapkan secara langsung dan instan tanpa ada sekat yang membatasinya. Hal ini menyebabkan kehidupan di kampung secara sosial sering dipahami sebagai sistem relasi sosial yang dapat menginvasi batas-batas yuridis formal privasi komunitas yang dimiliki masyarakat kampung. Masyarakat kampung dalam kehidupan bersamanya memiliki cara-cara tersendiri dalam mengatur relasi sosial terkait apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan melalui kesepakatan (konvensi) yang diformulasikan dalam suatu konsensus bersama. Konsensus tersebut akan dihormati dan dijunjung sebagai suatu kesepahaman yang berlaku dalam kehidupan bersama di kampung.

Kehidupan bersama di kampung juga memiliki kehidupan yang dipahami oleh masyarakat kampung sebagai kehidupan yang bersifat laten. Sisi kehidupan laten ini bersumber dari budaya yang dianut oleh masyarakat kampung yang berisi (konten) nilai-nilai normatif-simbolik yang berorientasi pada kebenaran yang cenderung relatif. Sifat relatif pada femonena kehidupan sosial di kampung telah menambah dan mewarnai khazanah dinamika kehidupan sosialnya. Dinamika dualitas kehidupan bersama masyarakat kampung kota secara sosial dan budaya (kultural) yang dinyatakan oleh Ferdinand Tonnies (1887) terkait Gessellschaft-Gemeinschaft (Society-Community) yang merupakan konteks yang berisi konten fenomena kehidupan kampung. Dalam cara pandang linier dan teoretis, masyarakat kota cenderung mengarah pada sistem tata sosial yang berorientasi pada tatanan formal, rasional, dan logis sesuai dengan tuntutan kehidupan di perkotaan. Realitas yang ada di kehidupan masyarakat kampung berlaku sebaliknya dan menjadi sebuah paradoks sosial-budaya. Dalam kehidupan masyarakat kampung berlaku tatanan sosial-budaya yang diderivasikan dari banyak kompleksitas kesepakatan (convension) sosial-budaya yang dikendalikan oleh konsep berbasis kearifan lokal (local wisdom). Basis konsep yang berorientasi pada kearifan lokal tersebut adalah nilai (value) baik-buruk yang disemangati oleh spirit kebersamaan untuk saling membantu, saling memberi dan menerima, dan saling menghargai.

Ujung dari eksplorasi penelitian ini adalah kehidupan kampung pada hakikatnya dikendalikan oleh fenomena manifes dan laten yang menghasilkan kehidupan sosial dan budaya masyarakat kampung menjadi unik. Sejumlah fenomena yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa fakta dan realitas kampung mengarah pada entitas kehidupan bersama yang guyub. Keguyuban ini mendasari kehidupan masyarakat kampung yang berorientasi pada kerukunan sebagai modal dasar yang sangat kuat dalam membangun kehidupan bersama dalam satu lingkungan bermukim di perkotaan. Sebagai modal dasar kehidupan sosial dan kehidupan bersama masyarakat kampung ini telah mengukuhkan model kebersamaan dalam menghuni dan hal ini menjadikannya sebagai modal sosial (social capital) masyarakat kampung yang memiliki karakter (sifat) dan karakteristik (kekhasan) kampung. Modal sosial ini memiliki kekuatan yang mampu mendorong rasa sosial secara endogen dari masyarakat kampung yang layak untuk dirawat dan dikembangkan dalam kehidupan nyata guna menegaskan relasi sosial masyarakat dalam era digitasi saat ini (2024). Diskursus modal sosial dalam masyarakat kampung perkotaan dalam tinjauan budaya Jawa telah memberikan inspirasi tentang kekayaan sosial yang dimiliki masyarakat kampung.

  • Bahasa Teks Buku Indonesia
  • Cetakan Oktober 2024
  • Tebal xxii, 146 hlm
  • Ukuran 15,5 cm x 23 cm
  • Tahun Terbit Pertama Oktober 2024
  • Kode Buku M271
  • Categories Ekonomi & Bisnis, Sosial & Humaniora