TALK SHOW BUKU BATIK ANTITERORISME, KAMPANYE ANTI-TERORISME MELALUI PENDIDIKAN DAN PENGUATAN BUDAYA
Rabu, 12 Oktober 2016
UGM Press, Yogyakarta—Dalam rangka memperkenalkan batik kepada dunia, diselenggarakanlah acara Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2016. Acara JIBB diselenggarakan di Jogja Expo Center (JEC) dan dibuka oleh Mufidah Jusuf Kalla, istri Wakil Presiden Jusuf Kalla. Kota Yogyakarta yang lebih dikenal dengan Jogja ini terpilih sebagai Kota Batik Dunia atau World City Batik oleh Dewan Kerajinan Dunia atau World Craft Council (WCC). Acara JIBB tersebut juga dihadiri oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Presiden WCC-APR, Ghada Hijjawi-Qaddumi.
Bertepatan dengan acara JIBB tersebut diselenggarakan juga acara talk show buku Batik Antiterorisme: sebagai Media Komunikasi Upaya Kontra-Radikalisasi Melalui Pendidikan dan Budaya yang diterbitkan oleh UGM Press. Acara talk show tersebut bertujuan untuk memperkenalkan pada dunia bahwa melawan terorisme dapat dilakukan melalui sebuah batik. Pembicara dalam acara tersebut ialah Prof. Dr. Ir. Sunarru Samsi Hariadi, M.Sc, Guru Besar Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, dan Aniek Handajani, S.Pd., M. Ed., penulis buku Batik Antiterorisme. Acara talk show tersebut dibuka dengan pertunjukan Hadroh dari Tim Kesenian MTs Negeri Pundong, Bantul, yang membawakan lagu berjudul “Islam Cinta Perdamaian”.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari dua mitra yang bekerja sama degan acara Talk Show tersebut, yaitu dari Kantor Pos dan UGM Press. Acara kemudian dilanjutkan dengan acara inti yang dibuka oleh pembicara pertama, Prof. Dr. Ir. Sunarru Samsi Hariadi, M.Sc.. Prof. Sunarru menyampaikan pembahasannya mengenai Batik Antiteroris sebagai local wisdom nusantara. Prof. Sunarru mengatakan, “menjaga keharmonian dan kebudayaan adalah salah satu cara untuk menghindari konflik dan terorisme”. Cara menjaga keharmonisan dan kebudayaan tersebut, seperti yang dilakukan oleh masyarakat dari berbagai daerah berikut ini. Petani di Aceh saling bergotong royong untuk mendapatkan panen raya. Lembaga Adat Sasi di Papua yang selalu dijunjung oleh masyarakat Papua juga menjadi pelindung SDA di tanah Papua. Lembaga Adat Soa di Maluku yang berpotensi sebagai penggerak dan media penyuluhan pembangunan. Lembaga Adat Dalihan Na Tolu Batak sebagai media saluran difusi inovasi kopi di Tapanuli Utara. Keharmonisan antar sesama manusia dan alam yang selalu dijaka oleh Suku Tengger di Peg Bromo. Kearifan lokal juga dijaga oleh Suku Samin di Jawa Tengah melalui sebuah batik. Batik dari Suku Samin, antara lain Sido Mukti yang berarti mulia, Sido Luhur yang berarti baik, dan Sido Teruntum yang berarti menuntun. Melalui batik Suku Samin mengajarkan bagaimana manusia harus selalu menjaga hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan alam, sehingga kearifan lokal akan terus terjaga.
Prof. Sunarru menutup pembahasannya mengenai Batik Antiterorisme sebagai local wisdom nusantara dengan menyampaikan bahwa, “batik adalah salah satu cara untuk menjaga local wisdom melalui filosofi dan motif-motif batik tersebut”. Acara kemudian dilanjutkan oleh pembicara kedua sekaligus penulis buku Batik Antiterorisme, Aniek Handajani, S.Pd., M. Ed.. Maraknya aksi-aksi terorisme serta meningkatnya kelompok masyarakat radikal membuat Aniek Handajani, S. Pd., M. Ed., dan KRAP. Eri Ratmanto tergerak untuk meciptakan suatu gerakan anti-terorisme melalui sebuah batik, yang kemudian mereka tuliskan ke dalam sebuah buku Batik Antiterorisme: sebagai Media Komunikasi Upaya Kontra-Radikalisasi Melalui Pendidikan dan Budaya. Dalam acara tersebut, Aniek mengatakan, “terorisme harus ditanggulangi dengan melakukan gerakan kontra-radikalisasi dengan kampanye anti terorisme melalui pendidikan dan penguatan budaya Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika yang berlandaskan falsafah Pancasila”.
Alasan dipilihnya batik sebagai upaya kontra-radikalisme karena batik adalah warisan adi luhung yang diakui oleh dunia. Batik merupakan media untuk mengkomunikasikan pesan-pesan. Simbolisme dan filosofi batik mencerminkan pesan yang ingin disampaikan oleh pemakainya. Simbol dan filosofi Batik Antiterorisme adalah pertarungan antara kebaikan dan keburukan, anti kekerasan, perdamaian, cinta kasih, saling menghormati, toleransi beragama, indahnya keberagaman, cinta tanah air, dan bela negara yang kemudian dituangkan ke dalam motif-motif batik. Aniek mengatajan, “Secara simbolis, Batik Antiterorisme memiliki makna tersirat sebagai media untuk mengkomunikasikan pesan anti aksi-aksi terorisme”.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari R.M. Langkir Notoadhisuryo, dari Tiara Kusuma, Pura Pakualaman, pimpinan penyelaras gerak peragaan busana Batik Antiterorisme. Acara selanjutnya yaitu peragaan tiga masterpiece Batik Antiterorisme. Acara kemudian ditutup dengan penampilan MTs Negeri Pundong, Bantul, yang membawakan tiga lagu yaitu, Segala Karunia, Gundul Pacul, dan Jaranan. (SFF)