Tantangan Orang Rohingya Myanmar Menghadapi Satu Minoritas Teraniaya dan Implikasi untuk Keamanan Nasional dan Regional

Sosial & Politik

Share this :

Penulis: Bilveer Singh

ISBN: 978-979-420-926-4

Dilihat: 5294 kali

Stock: 0

Ditambahkan: 20 February 2018

Di sepanjang tahun 2012 dan 2013, masalah Rohingya, penganiayaan dan potensi untuk radikalisasi telah muncul sebagai keprihatinan tombol-panas dan pada akhirnya akan kemana ini bergerak dan bagaimana itu bisa diselesaikan akan dibicarakan dalam studi ini.

Rp55.000,00

Maaf buku ini sedang tidak tersedia


Meskipun Myanmar didominasi oleh hampir 70 persen penganut Buddha, juga ada satu minoritas Muslim yang cukup besar. Sementara banyak orang Muslim sudah berintegrasi ke dalam masyarakat arus utama Myanmar, orang Rohingya, yang merupakan mayoritas Muslim, merupakan perkecualian. Kebanyakan berasal dari negara tetangga Bengali yang sekarang Bangladesh, mereka sudah bermigrasi ke wilayah Arakan sejak abad ke-18. Relasi antara Rohingya Muslim dan Arakan Buddhis pada umumnya ramah dan ini berubah dramatis selama Perang Dunia Kedua. Sejak itu, hubungan antara mayoritas Arakan Buddhis di Negara Bagian Rakhine dan orang Rohingya, dan bahkan Pemerintah Myanmar secara keseluruhan, telah menciptakan satu situasi konflik dengan implikasi tidak hanya untuk Myanmar tetapi juga di luarnya. Sementara ketegangan-ketegangan cenderung terbatas pada Negara Bagian Rakhine di mana kebanyakan orang Rohingya berdiam, dengan meningkatnya demokratisasi, ketegangan Muslim-Buddhis telah menyebar ke bagian lain negeri itu. Ini juga sudah menimbulkan pertanyaan tentang meningkatnya radikalisasi orang Rohingya, terutama karena di satu pihak mereka menemukan diri mereka sendiri dianiaya tak berdaya, dan di lain pihak terbuka kepada ideologi radikal dan kemungkinan terorisme. Juga timbul pertanyaan apakah orang Rohingya akan menjadi “Orang Pattani” atau “Orang Moro” dari Asia Tenggara selanjutnya, mirip dengan minoritas Muslim dari Thailand Selatan dan Philipina Selatan. Ini belum dibantu oleh internasionalisasi bertahap dari masalah Rohingya karena banyak dari mereka bukan hanya tak bernegara tetapi juga tinggal di banyak negara Asia Tenggara dan Asia Selatan serta Timur Tengah. Di sepanjang tahun 2012 dan 2013, masalah Rohingya, penganiayaan dan potensi untuk radikalisasi telah muncul sebagai keprihatinan tombol-panas dan pada akhirnya akan kemana ini bergerak dan bagaimana itu bisa diselesaikan akan dibicarakan dalam studi ini.