Tanggal Posting

  • October 15, 2021

Share

BEDAH BUKU JAGAT KOMUNIKASI KONTEMPORER

BEDAH BUKU JAGAT KOMUNIKASI KONTEMPORER

Jumat (15/10), dalam rangka menyemarakkan rangkaian Dies Natalis Fisipol UGM ke-66, Departemen Ilmu Komunikasi (Dikom) UGM menyelenggarakan acara Bedah Buku Jagat Komunikasi Kontemporer dengan tajuk Ranah, Riset, dan Realitas terbitan UGM Press. Acara ini menjadi wadah bagi para pembaca, maupun calon pembaca, untuk mendengar paparan dan berdiskusi bersama penulis, penyunting, serta pengulas buku tersebut. Para penulis, yang juga merupakan dosen Dikom, memaparkan ringkasan tulisan mereka dan menyampaikan bahwa isi buku Jagat Komunikasi Kontemporer mengacu pada empat peminatan yang ada di Prodi S1 Ilmu Komunikasi UGM — jurnalistik, kehumasan, media hiburan, dan periklanan.

Paparan pertama disampaikan oleh Mas Budi Irawanto, M.A., Ph.D. Tertuang pada Bab 10, dengan judul Media Hiburan sebagai Kajian Ilmu Komunikasi, tulisan Mas Budi menyampaikan bahwa kita, selaku konsumen media, sebaiknya berhenti menganggap media hiburan sebagai topik yang remeh-temeh. Media hiburan ada baiknya mulai dilihat sebagai penemuan yang dapat dikaji secara serius dan berdampak — sebab, makna penemuan yang sesungguhnya bukanlah melihat “tanah yang baru”, namun melihat “tanah” yang kita punya dengan mata atau perspektif baru. Maksudnya, melalui tulisan beliau, Mas Budi ingin mengajak pembaca untuk melihat fenomena media hiburan sebagai sebuah fenomena yang sayang bila tidak dijadikan bahan kajian. Poin-poin dalam tulisan Mas Budi, di antaranya adalah: (1) Makna dari hiburan; (2) Bagaimana mediatisasi hiburan atau munculnya media hiburan; dan (3) Bagaimana teknologi digital menciptakan karakter baru bagi media hiburan — termasuk kemunculan kategori infotainment dalam berita, kemunculan e-sports sebagai ranah yang kini ditekuni banyak orang, serta kemunculan fandom sebagai kajian media hiburan. Intinya, media hiburan baiknya tidak didegradasi atau diremehkan, melainkan mulai dimaknai dan dikaji.

Paparan kedua datang dari Mas Irham Nur Anshari, S.I.P., M.A., dengan tulisan berjudul Produksi dan Monetisasi Kanal YouTube di Indonesia, yang ada pada bab ke-12. Secara ringkas, tulisan Mas Irham mengulas tentang YouTube, yang kini tidak hanya dipandang sebagai media untuk bersosial atau berjejaring, tapi juga berkreasi dengan memproduksi konten dan kemudian dimonetisasi (diolah untuk bisa menghasilkan uang). Pada sesi paparan dan sesi diskusi, Mas Irham turut menjelaskan tentang: (1) Kemunculan istilah "pekerja kreatif" yang bermula dari YouTube; (2) Pemanfaatan Google AdSense; (3) Perbedaan YouTuber Indonesia dengan YouTuber dari luar negeri; (4) Ambil alih YouTube oleh bintang televisi; (5) Kehadiran e-commerce di media sosial; hingga (6) Keberagaman konten video di TikTok, bila dibandingkan dengan YouTube.

Berlanjut ke pemaparan Mas Nyarwi Ahmad, S.I.P., M.Si., P.hD., dengan tema politik yang cukup menggelitik. Dalam tulisannya yang ada pada bab 7, Mas Nyarwi menyampaikan tiga poin yang menonjol dari kebiasaan para figur politik di negeri ini. Pertama, kebiasaan mengekspresikan diri melalui visual, seperti baliho dan unggahan berisi ucapan apapun, dengan fotonya sendiri. Kedua, kebiasaan tokoh politik untuk menyampaikan ide-ide pemikiran mereka dengan membuat jargon yang menyebut diri mereka nasional, agamis, “orang baik”, dan banyak lainnya. Ketiga, tentang mediatisasi, yakni adaptasi model kampanye melalui media sosial sebagai sarana pendekatan — tak sekadar memanfaatkan medianya saja, tapi juga membuat kontennya relevan, serta menyulap segala sesuatu menjadi Instagrammable.

Terakhir, ada Dr. Widodo Agus Setianto, M.Si., dengan paparan tentang tulisan beliau yang berjudul Transformasi Model Periklanan dan Relevansinya dengan Ilmu Komunikasi. Singkatnya, Mas Wid membahas sejarah iklan, yang ternyata sudah ada sejak zaman dahulu — bahkan pada zaman Mesir Kuno dan sempat memanfaatkan Terracotta (sejenis bata merah) sebagai media iklan, sebelum akhirnya berkembang dan merambah berbagai media di zaman modern, seperti saat ini.

Setelah sesi Tanya-Jawab, pembaca berkesempatan mendengarkan pendapat dari Dr. Eni Maryani, Dra., M.Si., pengulas buku Jagat Komunikasi Kontemporer yang juga merupakan dosen di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Sesi bersama Bu Eni sangat komprehensif, namun juga menyenangkan dan penuh tawa, mengingat ada beberapa topik yang cukup baru bagi beliau — termasuk keberadaan kajian Media Hiburan di Ilmu Komunikasi UGM. Menurut Bu Eni, isu-isu di ranah Komunikasi bisa dikaji dengan berbagai paradigma dan perspektif, sehingga selalu bisa dikembangkan dan akan terus berkembang. Bu Eni juga memberikan ulasan terkait tulisan dari dosen Dikom lainnya, yang tertuang dalam buku Jagat Komunikasi Kontemporer, seperti tulisan Mbak Gilang Desti Parahita dan Mbak Novi Kurnia.

Acara diakhiri dengan informasi dari Mbak Lidwina Mutia Sadasri, selaku penyunting, yang menyampaikan bahwa obrolan lebih lanjut mengenai buku Jagat Komunikasi Kontemporer akan segera bisa dinikmati dalam bentuk siniar (podcast) dari Dikom — serta tentunya, ditutup dengan foto bersama.

(Siaran ulang acara Bedah Buku Jagat Komunikasi Kontemporer dapat disimak di sini)